Type Here to Get Search Results !

Laporan ke - 2 Analisis Materi Berbasis Masalah , Pendidikan Profesi Guru (PPG) Universitas Muhammadiyah Surakarta

0

BAB I. PENDAHULUAN

  •  Latar belakang kegiatan yang telah dilakukan

Desain Pembelajaran inovatif merupakan desain pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Desain pembelajaran yang inovatif ini bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan efektif. Dalam Pendidikan guru penggerak kita mempelajarari berbagai macam pembelajaran yang inovatif diantaranya  Pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial dan emosional, Coaching, pemimpin dalam pengambilan keputusan dan pemimpin dalam mengelola sumber daya.

Mutu Pendidikan disekolah dikatakan baik jika pembelajaran dikelas juga baik.Faktor lainnya adalah tersedianya sarana dan prasarana yang memadai,lingkungan belajar dan kurikulum yang baik,manajemen sekolah,administrasi dan dukungan dari Yayasan, walimurid dan Masyarakat sekitar. Dengan demikian hendaknya dalam memilih metode pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Banyak permasalahan yang dihadapi oleh seorang guru saat ini yaitu menurunnnya minat belajar siswa,kurang fokus saat mengikuti pembelajaran dan kesulitan dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Sebagai guru penggerak kita harus mampu berinovasi dengan pembelajaran yang kita lakukan. Dengan melihat permasalahan tersebut kita bisa menggunakan pembelajaran berdiferensiasi dimana dalam pembelajaran tersebut seorang guru bisa memberikan pembelajaran kepada murid sesuai dengan karakteristik dan profil belajar murid tidak hanya itu  pembelajaran berdiferensiasi bisa diintegrasikan dengan pembelajaran  sosial  dan  emosional  dan  coaching  sangat penting  dikuasai oleh seorang  guru  dan  siswa karena dengan melaksanakan coaching kita bisa   mengelola emosional  kita  dengan baik dan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi serta mengetahui kompetensi yang kita miliki.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis sebagai mahasiswa lulusan Guru Penggerak  akan  membuat  laporan  yang  berkaitan  dengan  materi  mata  kuliah pertama  Pendidikan  Profesi  Guru  (PPG)  yaitu  desain  pembelajaran  inovatif. Dalam  membuat  laporan  ini  penulis  akan  menyandingkan  dan  mengaitkan  ilmu pengetahuan pada saat mengikuti Pendidikan Guru Penggerak dengan materi mata kuliah PPG tentang desain pembelajaran inovatif. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis sebagai mahasiswa lulusan Guru Penggerak  akan  membuat  laporan  yang  berkaitan  dengan  materi  mata  kuliah  pertama  Pendidikan  Profesi  Guru  (PPG)  yaitu  desain  pembelajaran  inovatif. Dalam  membuat  laporan  ini  penulis  akan  menyandingkan  dan  mengaitkan  ilmu  pengetahuan pada saat mengikuti Pendidikan Guru Penggerak dengan materi mata kuliah PPG tentang desain pembelajaran inovatif. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis sebagai mahasiswa lulusan Guru Penggerak  akan  membuat  laporan  yang  berkaitan  dengan  materi  mata  kuliah  pertama  Pendidikan  Profesi  Guru  (PPG)  yaitu  desain  pembelajaran  inovatif. Dalam  membuat  laporan  ini  penulis  akan  menyandingkan  dan  mengaitkan  ilmu pengetahuan pada saat mengikuti Pendidikan Guru Penggerak dengan materi mata kuliah PPG tentang desain pembelajaran inovatif.

Menjadi pemimpin dalam pembelajaran dan mengelola sumber daya adalah solusi lain yang bisa kita gunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi disekolah. Berdasarkan uraian di atas maka penulis sebagai mahasiswa lulusan Guru Penggerak  akan  membuat  laporan  yang berhubungan dengan materi  mata  kuliah kedua Pendidikan  Profesi  Guru  (PPG)  yaitu  desain  pembelajaran  inovatif. Dalam  membuat  laporan  ini  penulis  akan mengaitkan  ilmu pengetahuan pada saat mengikuti Pendidikan Guru Penggerak dengan materi mata kuliah PPG tentang desain pembelajaran inovatif.

1.2.       Tujuan kegiatan

Tujuan dalam kegiatan ini adalah:

1.      Merancang pembelajaran berdiferensi sesuai dengan kebutuhan belajar murid

2.      Menganalisis kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran sosial emosional

3.      Untuk memaparkan keterampilan seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan  

4.      Untuk mengidentifikasi kepemimpinan dalam pengelolaan sumber daya

1.3         Manfaat Kegiatan

Manfaat yang dpt kita peroleh dari aksi nyata yang sudah dilakukan adalah :

1.      Bisa berkolaborasi dengan kepala sekolah,teman sejawat dan siswa untuk mencapai tujuan Bersama.

2.      Bisa menjadi coach bagi rekan sejawat dan siswa untuk menggali potensi yang dimiliki.

3.      Menggunakan pendekatan berbasis kekuatan untuk menentukan aset yang dimiliki sekolah dan memaksimalkannya. 

 BAB II. PEMBAHASAN

2.1.       Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14)

Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu diferensisai proses, konten dan produk.ketiga cara tersebut tidak harus kita lakukan dalam satu waktu tapi kitab isa memilih dalam setiap pembelajaran kita bisa memilih konten saja,konten produk atau semuanya tergantung kondisi kelas dan Pelajaran pada saat itu. Kegiatan pembelajaran yang saya lakukan di SD Swasta Alam Arrohmah diawali dengan :

1.      Menganalisis kebutuhan belajar siswa dengan cara melihat profil belajar siswa berdasarkan data homevisit yang sudah dilakukan sebelumnya.

2.      Menganalisis strategi diferensisasi berdasarkan profil belajar siswa.

Berdasarkan data tersebut akhirnya saya bisa menyimpulkan bahwa ada sekitar 14 anak yang kinestetik, ada 7 anak yang auditory dan 5 anak yang visual. Akhirnya strategi diferensisasi yang saya pilih adalah strategi diferensiasi konten dan produk dan menjadikan 5 kelompok dalam pemilihan presentasi produk yang diinginkan. Aksi nyata yang sudah saya lakukan bisa dilihat di https://youtu.be/af6rtU2IrI8?si=1Gec3YchMr4kyYPF

2.2.       Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pembelajaran berdiferensiasi yang kita lakukan akan lebih sempurna jika diintegrasikan dengan pembelajaran sosial dan emosional. Pembelajaran sosial emosional (PSE) adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional pada individu. Ini merupakan bagian penting dari pendidikan yang tidak hanya fokus pada aspek kognitif atau akademik, tetapi juga pada pengembangan keterampilan yang berkaitan dengan emosi, hubungan sosial, dan perilaku.

Fokus dari PSE ini tidak hanya pada diri sendiri atau kemampuan/keterampilan yang dimiliki oleh individu itu sendiri tapi juga kemampuan untuk bisa menjalin relasi baik dengan orang lain ataupun lingkungan sekitarnya. Komponen penting dari PSE ini adalah

  1. Self-awareness (kesadaran diri)
  2. Self-management (manajemen diri)
  3. Responsible decision making (keputusan yang bertanggung jawab)
  4. Social awereness (kesadaran sosial)
  5. Relationship skill (keterampilan sosial).

PSE ini dapat dilakukan secara rutin atau bisa juga masuk dalam lingkup pembelajaran kita.beberapa Teknik yang bisa digunakan dalam penerapan PSE ini adalah STOP. Teknik STOP ini adalah yang paling sederhana bisa kita terapkan dikelas.

Langkah-langkah pembelajaran sosial emosional dengan Teknik STOP

  1. Stop (Berhenti)
  2. Take a Deep Breath (Tarik Napas Dalam)
  3. Observe (Amati)
  4. Proceed (Melanjutkan)

PSE berbasis mindfulness bisa dengan cara mendengarkan music ataupun murotal sehingga anak-anak bisa merasa nyaman dan memiliki kesadaran penuh dan pembelajaran yang akan kita ajarkan akan mudah diterima.bisa juga dalam bentuk menyampaikan atau menuliskan apa yang dirasakan pada saat itu.banyak sekali cara yang bisa digunakan dalam pembelajaran sosial emosional ini bisa kita sesuaikan dengan kebutuhan yang ada dikelas kita.penerapan pembelajaran sosial emosional yang sudah saya lakukan dikelas adalah menggunakan mindfulness yaitu mendengarkan murotal,menyanyikan yel-yel kelas,senam dan Kerjasama kelompok,pengambilan keputusan.

2.3.       Coaching

Coaching sangat bermanfaat bagi seorang guru diantaranya mengembangkan keterampilan coaching seorang guru,meningkatkan kinerja karena segala permasalahan bisa diselesaikan dengan baik,meningkatkan kepercayaan diri dan meningkatkan keterampilan dan inovasi. Coaching bisa dilakukan kepada rekan sejawat dan siswa. Metode yang bisa digunakan untuk melakukan coaching adalah model alur TIRTA.

Alur TIRTA adalah salah satu model atau pendekatan dalam proses coaching yang digunakan untuk membantu seseorang mencapai tujuan atau perkembangan pribadi. "TIRTA" sendiri adalah singkatan dari Tahap, Isi, Rencana, Tindakan, dan Akhir. Berikut adalah penjelasan singkat tentang masing-masing tahap alur TIRTA:

Tahap Tahap (Stage): Ini adalah tahap di mana coachee dan coach menentukan di mana coachee berada dalam perjalanan mencapai tujuan coachee. Ini bisa melibatkan evaluasi saat ini, pemahaman akan tantangan dan potensi, serta penentuan titik awal yang jelas.

1.      Tujuan: coachee dan coach akan merinci tujuan dan perubahan yang di inginkan. coachee akan menjelaskan secara rinci apa yang ingin coachee capai, baik itu dalam kehidupan pribadi atau profesional.

2.      Identifikasi: Setelah menentukan tujuan dan perubahan yang diinginkan, coachee dan coach akan merencanakan cara mencapai tujuan tersebut. Ini bisa melibatkan menentukan langkah-langkah konkrit yang perlu diambil, sumber daya yang dibutuhkan, dan penjadwalan.

3.      Rencana aksi: Tahap ini melibatkan pelaksanaan rencana yang telah dibuat. Anda akan mengambil tindakan nyata untuk mencapai tujuan coachee, dan dalam banyak kasus, coach Anda akan memberikan dukungan, akuntabilitas, dan umpan balik selama proses ini.

4.      Tanggung jawab: Tahap akhir melibatkan mengevaluasi hasil dari tindakan yang diambil. coachee dan coach akan menilai sejauh mana Anda telah mencapai tujuan coachee, apa yang telah berhasil, dan apa yang mungkin perlu ditingkatkan.

Alur TIRTA dapat membantu memandu proses coaching dan memberikan kerangka kerja yang jelas untuk mencapai tujuan pribadi atau profesional.

Dalam aksi nyata yang saya lakukan saya melakukan coaching supervise akademik dimana saya menjadi coach bagi rekan mengajar saya. Dalam proses coaching yang saya lakukan saya membantu teman saya menemukan sendiri kompetensi yang dia miliki dan membantu menemukan sendiri solusi dari masalah yang sudah dihadapi. Di mana masalah yang dihadapi rekan saya adalah kesulitan dalam mengkondisikan pembelajaran dikelas dan susah menemukan pembelajaran yang menyenangkan.akhirnya setelah proses coaching yang saya lakukan rekan saya sudah bisa menemukan solusi untuk permasalahannya.aksi nyata bisa dilihat di https://youtu.be/j0GDfoQdcQI?si=NwG6aBbUP5U1t1hY

Target saya berikutnya adalah mempraktekkan proses coaching untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, dengan cara berlatih secara terus menerus yaitu latihan coaching dengan alur TIRTA serta meningkatkan keterampilan komunikasi yang baik, keterampilan bertanya, belajar menjadi seorang pendengar yang aktif,belajar menggali kekuatan/hal positif yang dimiliki oleh coachee sehingga merdeka belajar terwujud, dan well being murid pun tercapai.

2.4.       Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

Sebagai pemimpin pembelajaran, guru dalam mengambil keputusan harus sebijaksana mungkin, memperhatikan segala aspek dan mencerminkan nilai-nilai yang diusung sekolah, sehingga dapat dijadikan acuan atau menjadi teladan bagi seluruh warga sekolah. Dalam pengalaman penulis, dilema etika terkadang dihadapi. Ketika kita menghadapi dilema moral, kebajikan-kebajikan mendasar saling bertentangan, seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, dan solidaritas, solidaritas, toleransi, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap kehidupan.

Pola yang terjadi dalam dilemma etika dan dapat digolongkan sebagai berikut:

Individu dan Masyarakat (Individu dan Komunitas) Dilema antara individu dan masyarakat adalah bagaimana menentukan pilihan antara apa yang benar .untuk satu orang atau kelompok kecil dan apa yang berlaku untuk kelompok lain yang lebih besar. Guru terkadang harus membuat pilihan seperti itu di kelas. Jika satu kelompok membutuhkan waktu lebih banyak untuk mengerjakan suatu tugas tetapi kelompok lainnya siap untuk melanjutkan ke pelajaran berikutnya, apa pilihan yang tepat?

Guru mungkin menghadapi dilema individu versus kelompok.Rasa keadilan dan belas kasihan (justice vs.belas kasihan) Dalam model ini, terdapat pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak menaatinya sama sekali. Pilihannya adalah antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang di sisi lain. Terkadang mengikuti aturan adalah hal yang benar, namun terkadang membuat pengecualian adalah hal yang benar.Pilihan untuk mematuhi aturan dapat dibuat atas dasar penghormatan terhadap keadilan (atau kesetaraan). Pilihan untuk melanggar aturan dapat dilakukan atas dasar rasa kasihan (kebaikan).

Kebenaran versus kesetiaan (truth versus loyalitas) Kejujuran dan kesetiaan seringkali merupakan nilai-nilai yang bertentangan dalam dilema etika. Terkadang kita harus memilih antara jujur ​​atau setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Akankah kita menyampaikan informasi secara jujur ​​berdasarkan fakta, atau akankah kita menjunjung tinggi nilai kesetiaan terhadap suatu profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya? Jangka pendek dan jangka panjang (short term and long term) Pola ini paling sering terjadi dan sangat mudah diamati. Terkadang kita perlu memilih antara apa yang terbaik untuk saat ini dan apa yang terbaik untuk masa depan.

2.5         Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya

Memetakan 7 aset/modal (manusia, sosial, fisik, lingkungan, keuangan, politik, agama dan budaya).Melakukan koordinasi antar pihak terkait untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Untuk memenuhi peran saya sebagai pemimpin pembelajaran, saya harus mampu menemukan potensi, memetakan aset, dan memanfaatkan sumber daya yang ada.Nilai dan peran seorang guru penggerak tidak lepas dari cita-cita mewujudkan peserta didik yang berkualitas profil pelajar Pancasila.

Ada lima peran guru penggerak, yaitu: menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, mendorong kolaborasi antar guru, menjadi pelatih bagi guru lain dan mencapai kepemimpinan siswa.

Untuk memenuhi peran mereka sebagai pemimpin pembelajaran, penting untuk membina pendidik yang dapat mewujudkan potensi mereka, memetakan kekuatan mereka, dan mengelola sumber daya mereka secara tepat dan efektif.

Sekolah merupakan suatu ekosistem yang mencakup faktor biotik (siswa, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua, masyarakat sekitar) dan faktor abiotik (keuangan, sarana, prasarana).mencari dan mengenali hal-hal positif dalam hidup, menjadikan kekuatan sebagai fokus refleksi, kita diajak untuk fokus pada apa yang berhasil, apa yang menjadi sumber inspirasi, apa yang menjadi kekuatan atau kutub potensi positif.maka konsep saya meliputi :

1.      Pemimpin harus mampu membangun visi dan misi yang jelas, terfokus dan tentunya mengandalkan sumber daya sekolah dan siswa.

2.      Melalui penerapan metode Appreciative Inquiry dengan langkah BAGJA (Membuat Pertanyaan Mengarah, Menarik Pembelajaran, Mengeksplorasi Mimpi Bersama, Menyusun Rencana dan Mengatur Implementasi), pemimpin akan dapat membawa perubahan pada sekolah berdasarkan sumber daya yang akan menggerakkan komunitas sekolah untuk membawa perubahan positif.

3.        Perubahan positif yang diterapkan secara konsisten akan menciptakan budaya positif .

 BAB III. PENUTUP

3.1.       Refleksi

Umpan balik sangat penting sekali bagi penulis untuk memperbaiki program yang akan dilaksanakan berikutnya. Umpan balik dari kepala sekolah,rekan sejawat dan siswa bisa berupa masukan ataupun kritikan yang membangun. Sebagai seorang pendidik penting sekali memahami pembelajaran sosial dan emosional karena karakter atau profil murid yang beragam.pengendalian emosi yang dimiliki oleh seorang guru dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh setiap murid. Guru bisa mengendalikan emosi yang dimiliki karena manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berdampingn dan membutuhkan orang lain dalam segala hal.

Bagi penulis praktik coaching untuk menumbuhkan atau mengembangkan kompetensi seseorang dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh murid ataupun rekan sejawat. Untuk menumbuhkan kemampuan coaching ini harus dilakukan secara terus menerus dengan begitu kemampuan coaching yang kita miliki akan semakin meningkat. Tidak semua orang bisa menerapkan coaching ini meskipun dampaknya sangat bagus bagi pembelajaran maupun bagi hubungan dengan rekan sejawat. Proses coaching yang biasanya dilakukan adalah kita tidak sebagai pendengar yang baik atau kita tidak mengarahkan coahee untuk menemukan sendiri jawaban dari permasalahannya tapi kita membantunya dalam mencari solusi sehingga proses coaching tidak berjalan dengan baik.

Sebelum mempelajari modul dalam pengambilang keputusan tidak didasarkan pada 9 langkah dan 4 paradigma sehingga terkadang solusi tidak sesui dengan apa yang diinginkan tetapi setelah mempelajari modul dan keputusan yang kita ambil berdasarkan 9 langkah dan 4 paradigma maka dapat diminimalisir yang bisa berdampak kerugian yang lebih besar. Kegiatan refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran Hal ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan program yang dilaksanakan yaitu program yang berdampak pada murid di lingkungan sekolah. 

3.2.       Tindak Lanjut

Setiap menyelesaikan sebuah program diperlukan rencana tindak lanjut (RTL) diantaranya

1.    Melakukan refleksi akhir Pendidikan guru penggerak

2.    Berdiskusi dengan kepala sekolah tentang diseminasi pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional dilingkungan sekolah.

3.    Melakukan diseminasi tentang pembelajaran berdiferensiasi buat rekan sejawat

4.    Melaksanakaan pembelajaran yang berdampak pada murid.dengan pengembangan budaya positif melalui kesepakatan kelas.

5.    Terus belajar dan mengikuti pelatihan tentang pengembangan pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional.

6.    Melakukan sosialisasi kiprah sekolah kepada komunitas luar sekolah, masyarakat, dan orang tua murid. Yang bertujuan untuk menyebarluaskan kemajuan yang dialami sekolah kepada masyarakat luas. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pembuatan brosur sekolah atau secara daring melalui media sosial sekolah.

7.    Melaksanakan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dalam komunitas praktisi sekolah melalui pelatihan terkait IT (Ms Office, Google Sites, Blog, Video Pembelajaran, Canva for Education, dan lain-lain). Tujuannya adalah untuk mempersiapkan pengajar dan sekolah menghadapi era digital yang pada akhirnya berdampak pada murid. Program bisa dilaksanakan secara rutin setiap bulan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan secara daring maupun memanggil para ahli dari bidang-bidang tersebut.

RTL itu akan diterapkan di masa depan. RTL telah mempersiapkannya untuk jangka panjang dan berkelanjutan. Pelaksanaan setiap program disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah. Sebelum melaksanakan RTL, diperlukan koordinasi dengan kepala sekolah dan kolaborasi dengan rekan sejawat. Tujuannya agar semua program pemantauan yang ada dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya risiko dalam pelaksanaan RTL, penting menyusun manajemen risiko. Manajemen resiko dibuat untuk meminimalisir permasalahan yang terjadi pada saat pelaksanaaan kegiatan.

 DAFTAR PUSTAKA

LMS Pendidikan Guru Penggerak. Diakses pada 18 oktober 2023. dari https://lms21-gp.simpkb.id/course/view.php?id=692

LMS Pendidikan Guru Penggerak. Diakses pada 10 oktober 2023. dari

https://lms26-gp.simpkb.id/mod/icontent/view.php?id=38979(modul 5)

Aditya Dharma, S.Si. M.B.A. Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional. 2022 Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga kependidikan

Kemdikbud.go.id/5 desember 2022 pembelajaran berdiferensiasi : antara manfaat dan tantangannya diakses 10 oktober 2023 dari https://bgpsumsel.kemdikbud.go.id/pembelajaran-berdiferensiasi-antara-manfaat-dan-tantangannya/

cabdindikwil1.com 16 May 2023 sosial emosional dalam pembelajaran diakses 16 oktober 2023 dari https://cabdindikwil1.com/blog/sosial-emosional-dalam-pembelajaran/

Imran tululi 23 maret 2022 explorasi konsep TIRTA sebagai model coaching diakses 18 oktober 2023 dari https://www.imrantululi.net/berita/detail/23a43-eksplorasi-konsep--tirta-sebagai-model-coaching

Posting Komentar

0 Komentar